Referensiresensi novel diatas sajadah cinta Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah. Novel Menyucikan Jiwa pada tahun 2005. Diantaranya tentang ketakwaan akibat keserakahan. Simak juga tentang diatas dan resensi novel diatas sajadah cinta DI ATAS SAJADAH CINTA. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk.
Oleh Mujawaroh Annafi Judul Cinta di Ujung Sajadah No. ISBN 978-602-7595-13-2 Penulis Asma Nadia Penerbit REPUBLIKA Tanggal terbit Juli, 2012 Cetakan Kesatu, Juli 2012 Halaman 292 Ukuran 13,5 cm x 20,5 cm Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Cinta Ayu yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudari tirinya. Mendapatkan Ibu baru dan saudara baru tak membuat kehidupan Cinta lebih baik, ia hidup bak Cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudari tirinya. Sang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri kandungnya pun lebih sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model, meskipun ia tahu bahwa anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan acap kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah. Meskipun Mama Alia, begitu Cinta memanggil ibu tirinya, cantik, hal ini tidak menular ke ke dua anak perempuannya. Anggun memiliki tubuh kurus dan kurang percaya diri dengan penampilannya, sangat kontras dengan Cantik yang memiliki tubuh gempal tapi memiliki rasa percaya diri yang tinggi tapi terkesan norak. Sedangkan Cinta, ia tidak cantik juga tidak bisa dikatakan jelek, tidak kurus juga tidak gemuk, hal ini seringkali membuat Anggun dan Cantik sangat iri dengan Cinta. Tapi Cinta tak peduli dengan perlakuan Anggun dan Cantik yang kerap memancing emosinya karena hal sepele. Tetapi Cinta tak tahan jika Anggun dan Cantik menyinggung hal tentang Ibu kandungnya. Ibu adalah sosok yang tak pernah Cinta kenal, tak tahu bagaimana rupa dan suaranya. Kerinduan tentang Ibu menjadikan Cinta terobsesi memotret foto ibu dari teman-temannya, tak terhitung jumlah jepretan dengan objek berbeda tapi dengan satu fokus, perempuan berwajah sendu dan keibuan, hanya saja itu bukan ibu Cinta. Ayah Cinta selalu menutup-nutupi kebenaran terkait ibu Cinta. Memiliki seorang Ibu Tiri tak melunaskan kerinduannya akan sosok seorang ibu. Kasih sayang yang didapatkan Cinta hanya dari Mbok Nah, pembantu rumah tangga. Berkali-kali Cinta menanyakan ke Mbok Nah, bagaimana rupa sang Ibu, namun Mbok Nah lebih memilih bungkam. Di tengah kesedihan mendapatkan perlakuan kurang baik dari saudari-saudarinya hadir seorang laki-laki tetangga barunya bernama Makky Matahari Muhammadi. Juga support selalu datang dari sahabat-sahabat Cinta di sekolah. Makky adala pria tampan yang menggeluti hobi fotografi, sejalan dengan itu ternyata Cinta juga memiliki ketertarikan yang sama meskipun masih pemula, hal ini membuat hubungan keduanya semakin dekat. Angin segar menerpa wajah Cinta, ketika berulang tahun ke 17, saat ia mulai melangkahkan kaki berhijrah menjadi diri yang lebih baik dan memutuskan untuk berhijab. Mbok Nah membeberkan semua kebenaran tentang ibu Cinta yang akhirnya membawa Cinta pergi untuk mencari keberadaan sang Ibu dan memulai sebuah perjalanan seorang diri. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda yang menemaninya mengunjungi tempat-tempat berbahaya. Kebaikan hatinya memberikan rasa kepercayaan dari Cinta yang tak tahu apa-apa tentang kota yang ia kunjungi. Cinta di Ujung Sajadah, tak hanya berkisah tentang kerinduan akan ibu, tetapi juga persahabatan dan cinta. Akankah Cinta bisa menemukan Ibu Kandungnya? Bagaimana kisah sang Ibu, hingga ayah dan Mbok Nah menutup rapat segala hal tentang Ibunya kepada Cinta? Dan siapakah yang menjadi jodoh Cinta? Berawal dari pertanyaan Asma Nadia, Penulis novel ini mengemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca dan memulai cerita dari kisah Cinta di masa sekarang kemudian flashback menuju kehidupan Cinta di masa lalu. Tulisannya mengalir dan memiliki ending yang tak terduga. Pembaca dibuat penasaran tentang siapa ibu Cinta sebenarnya dan bagaimana kehidupan ibu Cinta di masa lalu. Resensiini megulas isi novel Di atas Sajadah Cinta hingga seluk beluk jalan ceritanya. (VLOG 7)#PBSI#FIPUMJ Suatu lagi buku karya penulis hebat Indonesia nan bukan lekang oleh perian, kembali tak bosan untuk membaca hasil karyanya. Habiburrahman El Shirazy atau yang seremonial dipanggil dengan Kang Abik ini kembali mengeluarkan pokok barunya, yaitu “Di Atas Bandarsah Cinta”. Berlainan dengan buku-buku sebelumnya nan ditulisnya, sreg edisi kancing kali ini merupakan himpunan cerita yang berisi kisahan-cerita teladan Islami peneguh iman dan penenteram nyawa. Maka itu karena itu, tidak salah kiranya kalau sebelum membeli buku tersebut, Anda membaca sedikit resensi novel “Di Atas Zawiat Cinta” ini. Pada awalnya, kunci kecil “Di Atas Langgar Cerbak” ini purwa kali muncul sreg bulan Mei 2004, dan sudah lalu mengalami cetak ulang sampai momen ini. Buku ini memang berisi cerita-cerita teladan Islami yang sengaja dikumpulkan Kang Abik, selain itu kembali memuat beberapa cerita ringkas yang sengaja ditulis Kang Abik yang terinspirasi dari kisah sahabat Kang Abik sendiri. Puas awal kemunculannya kisah kisahan nan ada plong buku ini hanya berjumlah 25 cerita, namun puas kurun waktu berikutnya kisah cerita ditambah hingga mencapai 38 titel kisah. Identitas Buku Judul Di Atas Zawiat Cerbak. Pencatat Habiburrahman El. Shirazy Penerbit Republika – Basmalah Republika Corner. Tahun berusul Cetakan XVI, Juli 2007. Tebal gerendel 265 halaman. ISBN 979-3210-71-00. Bedah buku “Di Atas Langgar Cinta” Sebagai koleksi kisahan Islami, tentu namun sosi dengan judul “Di Atas Sajadah Cinta” ini menjadi karya yang mengganjur kerjakan dimiliki dan dibaca, bahkan salah suatu kop kisahan yang ada didalamnya, yaitu “Di Atas Sajadah Cinta” adalah kisahan cerita yang ditulis makanya Kang Abik sendiri. Novel dengan kumpulan cerita didalamnya berilmu kisah-kisah teladan Islami yang menggugah dan meneguhkan iman dan juga menentramkan jiwa. Dengan mendaras novel ini, Dia akan mendapatkan pesan positif bermula setiap kisahnya, menginjak dari kisahan para nabi, sahabat nabi sampai para mujahid. Selain itu, novel ini pula membualkan hubungan pelahap seorang hamba dengan Tuhannya, bagaimana seorang hamba mengadu dan meratap lega Sang Penggubah, dan juga bagaimana koteng hamba merayu untuk mendapatkan cinta yang diridhoi maka itu Sang Pencipta. Baca pula Resensi Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” . Kisah pertama nan disampaikan kerumahtanggaan novel ini seperti mana judul bukunya yaitu “Di Atas Sajadah Cinta”, yang membualkan narasi seiorang pemuda bernama Zahid, seorang anak muda tampan yang memanjakan bandarsah dan lagi beribadah dan menuntut ilmu di langgar. Hingga pada satu ketika Zahid bertarung dengan gadis yang bernama Afirah, kedua anak asuh muda ini kemudian berserah diri pada Alloh, nan puas akhirnya kedua anak muda ini dipertemukan Alloh dalam satu ikatan pernikahan ceria. Selain kisah tersebut, masih banyak kisah cerita lain nan menggugah kita untuk menyinambungkan membaca novel yang mumbung pelajaran ini. Keefektifan Novel “Di Atas Sajadah Cinta” Sebagai novel yang memotivasi, tentu saja novel Islami ini menjadi novel pembangun semangat cak bagi para pembacanya. Selain itu, berbagai kisah yang cak semau di kerumahtanggaan novel sekali lagi menjadi pembuktian bahwa kisah dengan makna nyata menjadi cerita yang saat ini sangat disukai masyarakat. Kehilangan Novel “Di Atas Sajadah Kerap” Berbicara tentang kekurangan, secara alur kisah memang bukan ada kehilangan. Kesuntukan yang cak semau hanya terwalak plong desain covernya yang terlihat rendah menarik. Itu dia, sedikit resensi novel “Di Atas Sajadah Cinta”, mudahmudahan berarti, menghibur dan menginspirasi kita semua.Resensinovel diatas sajadah cinta. Tebal : 20,5 cm x 13,5 cm atau 265 halaman. Zahid adalah seorang pria yang dalam hidupnya selalu berpegang erat kepada benteng Allah, dan selalu menghiasi hidupnya dengan kalimat tasbih. Zahid tak kuasa menangkis pesona seorang gadis jelita yang bernama Afirah yang ia temui .